Perkumpulan Akrab

Senin, 25 Januari 2010

Kali Garang Mengandung E-coli dan Logam Berat

Layakkah Kali Garang Jadi Sumber Air Minum (1) SM 25-10-2010

Mengandung E-coli dan Logam Berat

Kali Garang merupakan sungai penting di Kota Semarang. Selain menjadi saluran utama pengendali banjir, airnya digunakan sebagai sumber air baku PDAM. Namun dari tahun ke tahun, tingkat pencemaran di kali ini semakin parah. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jateng baru-baru ini bahkan menyatakan air Kali Garang tak layak digunakan untuk bahan baku air minum. Benarkah demikian?

MUKA Siti Halimah tiba-tiba berubah aneh: dahinya mengkerut, hidungnya mengempis. Sepanci air yang baru ditadah dari keran ledeng milik PDAM buru-buru ia buang ke wastafel. ”Ada putih-putihnya, juga bau kaporit,” ujarnya spontan.

Sedianya air itu hendak ia gunakan untuk merebus mie instan. Namun karena khawatir dapat mengganggu kesehatan, niat tersebut ia urungkan. Sebagai gantinya, Siti memakai air galon yang kualitasnya relatif lebih baik. Lima belas menit kemudian, mahasiswi yang indekos di daerah Pleburan itu sudah menyantap makanannya dengan tenang.

Kualitas air PDAM yang mengalir ke rumah kos Siti patut dikeluhkan. Selain bau kaporit yang menyengat, air tersebut mengandung partikel lembut berwarna keputih-putihan. Siti mengaku tak berani menggunakannya untuk keperluan konsumsi. Air itu cuma ia pakai untuk mandi dan mencuci.

Keluhan terhadap kualitas air PDAM juga dilontarkan Ny Budiono, warga Lemahgempal. Tak hanya kaporit, air yang mengalir ke rumahnya kerap menyisakan endapan.

Saat musim penghujan, endapannya berwarna kecokelatan, sedang pada musim kemarau, kekuning-kuningan menyerupai kotoran manusia. Supaya dapat digunakan, air tersebut harus didiamkan beberapa lama, hingga kotoran yang ada betul-betul mengendap. ”Saya gunakan air itu untuk mandi, mencuci, dan memasak makanan. Sedangkan untuk minum saya memilih beli air kemasan isi ulang.”

Air ledeng yang mengalir ke rumah kos Siti dan kediaman Ny Budiono berasal dari instalasi pengolahan air (IPA) milik PDAM Tirta Moedal di Jalan Kelud Raya. Bahan baku air tersebut diambil dari Kali Garang.

Sejatinya, keluhan terhadap kualitas air hasil pengolahan IPA tersebut sudah berlangsung lama. Namun, kebanyakan pelanggan cenderung diam. Ny Budiono misalnya, enggan protes karena yakin hal itu tak akan menyelesaikan persoalan. Seperti pelanggan-pelanggan yang lain, ia memilih memanfaatkan air berkualitas rendah itu hanya untuk keperluan terbatas.

Apa penyebab rendahnya kualitas air PDAM dari IPA di Jalan Kelud Raya? Sumber air bakunya yang tidak memenuhi syarat, ataukah karena proses pengolahannya yang kurang sempurna? Bicara soal sumber air baku, kita tak bisa menafikan temuan BLH Provinsi Jateng yang menyebut air Kali Garang tercemar berat dan tak layak dikonsumsi.

Hasil penelitian tanggal 8 Juni 2009 menunjukkan, air Kali Garang mengandung sejumlah senyawa kimia yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Dari sampel air yang diambil di Tugu Suharto, diketahui kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD) mencapai 7,296, TSS 55, Padahal mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, ambang batas BOD maksimum adalah 2, TSS 50.

Di luar itu, air Kali Garang juga diketahui tercemari bakteri Escherichia coli (E-coli), serta senyawa kimia lain seperti seng (Zn), kadmium (Cd), Khrom (Cr), tembaga (Cu), timbal (Pb), seng (Zn), sianida (CN), nitrit (NO2), dan belerang (H2S). Namun dari senyawa-senyawa kimia itu, baru kadar Zn yang melampaui ambang batas, yakni sebesar 0,144.

Sejak dari Hulu

Sumber dari pencemaran diduga adalah limbah industri dan rumah tangga yang berasal dari pabrik-pabrik serta permukiman di sepanjang aliran sungai itu. Meminjam hasil penelitian mahasiswa Universitas Negeri Semarang, pada kurun 1980-an hingga 2003 terdapat 1.229 pabrik yang membuang limbahnya ke Kali Garang. Sebagian limbah dibuang tanpa pengolahan optimal.

Proses pencemaran bahkan sudah terjadi sejak dari hulu sungai. Data Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan, dan Energi Kabupaten Semarang tahun 2009, menyebutkan, ada sekitar 44 perusahaan, baik besar, menengah maupun kecil di Kabupaten Semarang yang berpotensi mencemari Kali Garang. Tempat pembuangan sampah akhir (TPA) Jatibarang di dekat Kali Kripik, juga turut menanam saham pencemaran di Kali Garang.

Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Undip, Prof Dr dokter Anies MKes PKK mengungkapkan, pencemaran di Kali Garang sudah masuk dalam kategori mengkhawatirkan. Jika air yang tercemar itu dikonsumsi, akan berakibat buruk terhadap kesehatan manusia.

Bakteri E-coli misalnya, dapat menyebabkan penyakit gangguan pencernaan seperti diare. Sedangkan logam berat mempunyai sifat bioakumulasi dan biomagnifikasi. Jika dikonsumsi terus-menerus, akan menimbun di dalam tubuh. ”Dalam kadar tertentu akan memicu terjadinya penyakit, seperti kanker, ginjal, bahkan sistem syaraf dan psikologi pada manusia,” ujar Anies.

Supaya bisa dikonsumsi dan tidak menimbulkan penyakit, air Kali Garang harus diolah secara saksama. Pengolahannya, wajib mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku.(Rima Mayasari, Dian Chandra, Diantika Permatasari-18)

Abrasi di Pantai Batang

7,5 Km Pantai Batang Rusak akibat Abrasi

Suara Merdeka 25 januari 2010

BATANG - Sepanjang 7,5 km pantai di delapan desa di Batang rusak akibat pengikisan air laut (abrasi). Luas dan volume hutan pantai di pesisir Batang harus ditambah untuk menangkalnya.

Dari panjang pantai sejauh 38,75 km, kerusakan pantai mencapai 19,35%. Kerusakan pantai terpanjang terdapat di Desa Klidang Lor, Kecamatan Batang sepanjang 1,5 km. Termasuk di dalamnya Pantai Sigandu.

Sekitar 1 km Pantai Sigandu terkena abrasi yang merusak tanaman peneduh dan pantai lainnya. Padahal, kawasan tersebut telah ditetapkan sebagai hutan kota atau pantai melalui Keputusan Bupati Batang Nomor 522/279.A/2005 tentang Hutan Kota Kabupaten Batang.

Jika tidak segera ditangani, abrasi akan mengancam hutan pantai di pantai tersebut. Hutan itu lambat laun akan berkurang karena tergerus air laut.

Kepala BLH Agus Riyadi menjelaskan, upaya penanganan abrasi pantai dilakukan melalui metode sipil teknis ataupun vegetatif. ìVegetatif yaitu dengan menanam beberapa jenis tumbuhan pantai seperti cemara laut, ketapang, nyamplung, dan pandan laut,î jelasnya, akhir pekan lalu.
Terus Ditambah Sementara sipil teknis dengan pembuatan kluwung beton. Inilah yang telah diterapkan di Pantai Sigandu untuk menangkal abrasi di sana. Awalnya, BLH hanya membangun 44 kluwung beton yang di dalamnya ditanami mangrove. Kluwung tersebut akan terus ditambah.

Luasan hutan pantai memang harus ditambah untuk menangkal gerusan ombak. Data inventarisasi potensi daerah pesisir dan pantai BLH Kabupaten Batang menunjukkan, luasan hutan pantai (dalam hal ini hutan mangrove) paling kecil yaitu hanya dua hektare.

Sementara itu, pemanfaatan daerah pesisir dan pantai lainnya relatif lebih luas, misalnya kawasan industri (3 ha), pelabuhan (2,50 ha), tambak (34,25 ha), pantai wisata (14 ha), permukiman (20 ha), terumbu karang (25 ha), dan tegalan atau pertanian (333,50 ha). ìKami terus mengupayakan sumber dana untuk menangani hal tersebut,î tegas Agus. (K30-70)

Rabu, 20 Januari 2010

Unit Pabrik Pengolahan Sampah Organik Jatibarang Semarang

Ditulis Oleh: infokom

Thursday, 10 April 2008

Pemerintah Kota Semarang akan bekerjasama dengan PT Narpati Agung Karya Persada Lestari untuk mengelola sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang, yang ditandai dengan penandatanganan MoU (perjanjian kerjasama) oleh Walikota Semarang Sukawi Sutarip dan Direktur Utama PT Narpati Agung Karya Persada Lestari Ismawan Hartoyo di Ruang VIP Walikota Semarang, Senin (7/4). Dengan kerjasama ini PT Narpati akan membangun pabrik pengolah sampah menjadi pupuk organik di lahan TPA Jatibarang seluas 4 hektare atau sekitar 10 persen dari keseluruhan lahan TPA yang mencapai 44,5 hektare.

Usai penandatanganan, walikota mengungkapkan bahwa kerjasama yang berlaku 25 tahun ini akan menguntungkan kedua belah pihak. Dari pihak PT Narpati akan mengolah sampah menjadi pupuk organik dengan teknologi International Bio Recovey (IBR) dari Canada, untuk kemudian hasilnya yang berupa pupuk cair dan pupuk padat akan diekspor salah satunya ke Amerika Serikat. Sedangkan dari pihak pemerintah kota, pengolahan sampah yang berarti mengurangi sampah lama maupun baru dapat mengurangi beban TPA yang sudah overload dan pemerintah tidak perlu mencari lagi lokasi baru TPA, kemudian dapat mengurangi gas metan, serta terdapat kompensasi uang bagi pemerintah kota sebesar Rp 580 juta per tahun. "Dalam pembangunan pabrik yang mencapai Rp 118,5 miliar akan menggunakan dana dari PT Narpati, pihak pemerintah kota hanya menyewakan lahan untuk lokasi pabrik dan memperoleh keuntungan pengurangan sampah di TPA dengan prediksi 300 ton per hari", ungkap walikota. Terkait dengan ikut serta kota Semarang megurangi gas metan, walikota meminta Kepala BKPM PB dan A Harini Krisniati menggandeng Sudharto P Hadi menjadi konsultan untuk melaksanakan perhitungan jumlah gas metan yang berkurang dari hasil kerjasama ini, dan memasukkan hasil pengurangan gas metan dalam Protokol Kyoto. Perjanjian pembuatan pabrik pengolahan sampah yang akan beroperasi sekitar bulan Juli 2009 ini ditandatangani pula oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Pemberdayaan BUMD dan Aset Daerah (BKPM dan A) Kota Semarang Harini Krisniati, Kepala Dinas Kebersihan Kota Semarang Akhmat Zaenuri dan Komisaris Utama PT Narpati Agung Karya Persada Lestari Sarjono.

Jumat, 15 Januari 2010

136 Sungai di Jateng Tercemar

Sungai-sungai di Jawa Tengah banyak tercemar bakteri e Colli akibat sampah dan kotoran tinja yang menumpuk di sungai.


SUARA MERDEKA CETAK - 136 Sungai di Jateng Tercemar

Kamis, 14 Januari 2010

Rp 47 M untuk Hadapi Bencana

Untuk menghadapai bencana yang mengancam, Propinsi jawa Tengah mempersiapkan anggaran sebesar 47 M.

SUARA MERDEKA CETAK - Rp 47 M untuk Hadapi Bencana

Senin, 11 Januari 2010

Abrasi di Pantai Utara


Tingkat abrasi di pantai utara, khususnya wilayah Propinsi Jawa Tengah Tengah cukup memprihatinkan.
groin yang selama ini menjadi pemecah gelombang sudah tidak ampu lagi menahan laju gelombang yang menyebabkan pantai semakin terkikis. Di Kabupaten Tegal abrasi telah sampai pada pesisir pantai, dimana tanaman-tanaman di area pesisir seperti Kelapa dan Waru roboh.

Minggu, 10 Januari 2010

Lahan Kritis





Lahan Kritis di Propinsi Jawa Tengah cakupannya masih luas, dan tersebar di hampir setiap kabupaten. seperti tampak pada gambar diatas merupakan lahan kritis di Kabupaten Temanggung Lereng Gunung Sindoro-Sumbing dan Di Kabupaten Cilacap.